MAKALAH
KOMUNIKASI KEPERAWATAN
KOMUNIKASI PADA DEWASA MUDA
Disusun
oleh:
M.G. KRISNA WULANSARI
20130026
AKADEMI
PERAWATAN KARYA BAKTI HUSADA
BANTUL YOGYAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG.
Komunikasi terapeutik adalah
proses di mana perawat yang menggunakan pendekatan terencana mempelajari klien.
Proses memfokuskan kepada klien namun direncanakan dan di pimpin oleh seseorang
professional (Keltner, Schwecke, dan bostrom 1991). Komunikasi terapeutik
mengembangkan hubungan interpersonal
antara klien dan perawat. Proses ini meliputi kemampuan khusus, karena
perawat harus memperhatikan kepada berbagai interaksi dan tingkah laku non
verbal.
Teknik komunikasi yang
dikembangkan pada masa dewasa telah mencapai tahap optimal, baik dalam bentuk
verbal maupun nonverbal. Kemampuan untuk mengembangkan komunikasi (sebagai
media transfer informasi). Dalam menguasai pesan yang diterima, individu dewasa
tidak hanya melihat isi pesan, tetapi juga mempersiapkan pesan tersebut dengan
lebih baik serta menciptakan hubungan antar pesan yang di terima dengan konteks
atau situasi pesan tersebut disampaikan. Pesan yang diterima individu dewasa
kadang kala di persepsikan bukan hanya dari konteks isi pesan, tetapi lebih
kompleks lagi disesuaikan dengan situasi dan keadaan yang menyertai. Contoh:
“sayang…” dari sepenggal kata tersebut ketika di ungkapkan dengan nada datar,
akan memberi kesan yang menyesalkan. Kesan ini semakin kuat bila penyampaian
pesan menunjukkan rasa penyesalan dari gerakan bibir, raut wajah, kepala
menunduk. Namun, bila ungkapan tersebut di ucapkan dengan menggunakan bahasa
yang halus dan mendesah serta menyampaikan pesan dengan menunjukkan ekspresi
mata bersinar, wajah cerah atau normal, persepsi individu dewasa tersebut
adalah bahwa makna kata “sayang” tersebut adalah perasaan suka atau cinta.
B.
TUJUAN
1.
Tujuan Umum
o Mahasiswa mampu memahami komunikasi terapeutik pada dewasa awal
2.
Tujuan Khusus
o Memenuhi mata kuliah Komunikasi Keperawatan
o Menjelaskan kepada mahasiswa bagaimana menjelaskan karakteristik dewasa
awal
o Konsep-konsep terapeutik pada dewasa awal
C.
RUMUSAN MASALAH
§ Apakah
pengertian komunikasi terapeutik?
§ Apa tujuan
yang diharapkan dalam konunikasi terapeutik?
§ Apa manfaat
dari komunikasi terapeutik?
§ Apa faktor
yang dapat memengaruhi komunikasi terapeutik?
§ Apa
teknik-teknik komunikasi terapeutik?
§ Apa faktor
yang menjadi keberhasilan dan faktor penghambat dalam komunikasi terapeutik?
§ Bagaimana
strategi pelaksanaan komunikasi terapeutik?
§ Bagaimana
komunikasi pada klien dewasa awal?
§ Bagaimana
suasana dalam komunikasi terapeutik?
§ Bagaimana
model komunikasi dan implementasinya pada klien dewasa awal?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1.
Pengertian Komunikasi Terapeutik
Terapeutik merupakan kata
sifat yang dihubungkan dengan seni dari penyembuhan ( As Hornby dalam Intan,
2005).
Maka dapat diartikan bahwa
terapeutik adalah segala sesuatu yang memfasilitasi proses penyembuhan. Dan
komunikasi terapeutik merupakan komunikasi professional bagi perawat.
(Mukhripah Damaiyanti, S.Kep., Ns. 2008)
(Mukhripah Damaiyanti, S.Kep., Ns. 2008)
Komunikasi terapeutik adalah
proses di mana perawat yang menggunakan pendekatan terencana mempelajari klien.
Proses memfokuskan kepada klien namun direncanakan dan di pimpin oleh seseorang
professional (Keltner, Schwecke, dan bostrom 1991). Komukasi terapeutik
mengembangkan hubungan interpersonal
antara klien dan perawat. Proses ini meliputi kemampuan khusus, karena
perawat harus memperhatikan kepada berbagai interaksi dan tingkah laku non
verbal (Potter & Perry, 1993)
2.
Tujuan komunikasi terapeutik
Dengan memiliki keterampilan
berkomunikasi terapeutik, perawat akan lebih mudah menjalin hubungan saling
percaya dengan klien,memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan
keperawatan dan akan meningkatkan profesi.
Tujuan komunikasi terapeutik
(Purwanto, 1994) adalah
a.
Membantu pasien untuk
memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil
tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal yang di
perlukan.
b.
Mengurangi keraguan,
membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan
egonya.
c.
Mempengaruhi orang lain,
lingkungan fisik dan dirinya sendiri. (Mukhripah Damaiyanti, S.Kep., Ns.
2008)
3.
Manfaat Komunikasi
Terapeutik
Manfaat komunikasi
terapeutik ( christina, ddk. 2003) adalah :
a.
Mendorong dan menganjurkan
kerja sama antar perawat dengan pasien melalui hubungan perawat dan klien.
b.
Mengidentifikasi, mengungkapkan
perasaan, dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh
perawat. (Mukhripah Damaiyanti, S.Kep., Ns. 2008)
4.
Faktor yang mempengaruhi
komunikasi
Proses komunikasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor (Potter dan Perry, 1993):
a.
Perkembangan
Agar dapat berkomunikasi
efektif dengan seseorang, perawat harus mengerti pengaruh dari perkembangan
usia baik dari sisi bahasa maupun proses pikir dari orang tersebut. Cara
berkomunikasi dengan anak usia remaja dan anak usia balita sangat berbeda.
Kepada remaja anda mungkin perlu belajar bahasa “gaul”, sehingga mereka yang di
ajak bicara akan merasa kita mengerti dan komunikasi di harapkan berlangsung
lancar.
b.
Persepsi
Persepsi adalah pandangan
pribadi seorang terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Persepsi ini di bentuk
oleh harapan atau pengalaman. Perbedaan persepsi dapat mengakibatkan
terhambatnya komunikasi. Misalnya, kata “virus” akan mempunya persepsi yang
berbeda bagi seorang ahli komputer dan seorang dokter.
c.
Nilai
Nilai adalah standar yang
mempengaruhi perilaku, sehingga penting bagi perawat untuk menyadari nilai
seseorang. Perawat perlu berusaha untuk mengetahui dan mengklarifikasi nilai
sehingga dapat membuat keputusan dan interaksi yang tepat dengan klien. Dalam
hubungan professionalnya diharapkan perawat tidak terpengaruh oleh nilai
pribadinya. Perbedaan nilai tersebut dapat di contohkan, misalnya klien
memandang abortus bukan merupakan perbuatan dosa sementara perawat memandang
abortus merupakan tindakan dosa. Hal ini dapat menyebabkan konflik antara
perawat dan klien.
d.
Latar belakang sosial budaya
Bahasa dan gaya komunikasi
akan sangat dipengaruhi oleh faktor budaya. Budaya juga akan membatasi cara
bertindak dan berkomunikasi. Seorang remaja putri ingin membeli makanan khas di
suatu daerah. Remaja putri tersebut berasal dari daerah lain. Pada saat membeli
makanan tersebut, si remaja tiba-tiba menjadi pucat ketakutan karena si
penjual menanyakan kepadanya berapa
banyak cabe merah yang di butuhkan untuk campuran makanan yang akan di berikan.
Apa yang terjadi ? si remaja tersebut merasa di marahi oleh si penjual oleh
karena cara bertanya si penjual seperti membentak, padahal si penjual merasa
tidak memarahi si remaja tersebut. Hal ini di karenakan budaya dan logat bicara
si penjual yang memang keras dan tegas sehingga terkesan marah-marah bagi orang dengan latar budaya
yang berbeda.
e.
Emosi
Emosi merupakan perasaan
subjektif terhadap suatu kejadian. Emosi seperti marah seperti marah, sedih,
senang akan memengaruhi perawat dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perawat
perlu mengkaji emosi klien dan keluarga sehingga perawat perlu memberikan asuhan
keperawatan dengan tepat. Selain itu perawat juga perlu mengevaluasi emosi yang
ada pada dirinya agar dalam melakukan askep tidak terpengaruh oleh emosi di
bawah sadarnya.
f.
Pengetahuan
Tingkat pengetahuan akan
mempengaruhi komunikasi yang di lakukan seseorang yang tingkat pengetahuannya
rendah akan sulit berespon terhadap pertanyaan yang mengandung bahasa verbal
dengan tingkat pengetahuan yang lebih tinggi.
g.
Jenis kelamin
Setiap jenis kelamin
mempunyai gaya komunikasi yang berbda-beda. Tunned (1990) menyebutkan
bahwa wanita dan laki-laki mempunyai perbedaan gaya komunikasi. Dari usia 3
tahun wanita bermain dengan teman baiknya atau dalam grup kecil dan menggunakan
bahasa untuk mencari kejelasan, meminimalkan perbedaan, serta membangun dan
mendukung keintiman. Laki-laki di pihak lain, menggunakan bahasa untuk
mendapatkan keamanan, jika mereka ingin berteman mereka melakukannya dengan
bermain.
h.
Peran dan Hubungan
Gaya hubungan sesuai dengan
peran dan hubungan di antara orang berkomunikasi. Cara komunikasi seseorang
perawat dengan kolegannya dengan cara berkomunikasi seorang perawat kepada
kliennya akan berbeda tergantung perannya. Demikian juga antara guru dan murid.
i.
Lingkungan
Lingkungan interaksi akan
mempengaruhi komunikasi yang efektif. Suasana yang bising tidak ada privacy yang
tepat akan menimbulkan keracunan, ketegangan, dan ketidaknyamanan. Misalnya,
berpacaran di pasar tentunya tidak nyaman. Untuk itulah perawat perlu
menyiapkan lingkungan yang tepat dan nyaman sebelum memulai interaksi dengan
klien. (Mukhripah Damaiyanti, S.Kep.,
Ns. 2008)
5.
Teknik –teknik komuniukasi
terapeutik
Beberapa tekhnik komunikasi
terapeutik menurut Wilson dan Kneist (1992) serta Stuart
dan Sundeen (1998) antara lain :
a.
Mendengarkan dengan penuh
perhatian
Dalam hal ini perawat
berusaha mengerti klien dengan cara mendengarkan apa yang di sampaikan klien.
Satu-satunya orang yang dapat
menceritakan kepada perawat tentang perasaan, pikiran dan persepsi klien
sendiri
b.
Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak bearti
menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa
menunjukan keraguan atau ketidaksetujuan. Perawat harus waspada terhadap
ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menyatakan tidak percaya
c.
Menanyakan pertanyaan yang
berkaitan.
Tujuan perawat bertanya
adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai apa yang di sampaikan
oleh klien. Oleh karena itu, pertanyaan sebaiknya dikaitkan dengan topik yang
dibicarakan dan di gunakan kata-kata yang di sesuai dengan konteks sosial
budaya klien.
d.
Pertanyaan terbuka.
Pertanyaan yang memerlukan jawaban
“ya” dan “mungkin”, tetapi pertanyaan memerlukan jawaban yang luas, sehingga
pasien dapat mengemukakan masalahnya, perasaannya dengan kata-kata sendiri,
atau dapat memberikan informasi yang diperlukan.
e.
Mengulang ucapan klien dengan
menggunakan kata-kata sendiri.
Contoh:
Klien : “Saya tidak dapat
tidur, sepanjang malam saya terjaga” Perawat : “Saudara mengalami kesulitan untuk tidur....”
f.
Mengklarifikasi
Klarifikasi terjadi saat
perawat berusaha untuk menjelaskan dalam kata-kata, ide atau pikiran (implisit
maupun ekspolsit) yang tidak jelas dikatakan oleh klien.
g.
Memfokuskan
Metode ini bertujuan untuk
membatasi bahan pembicaraan sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan
dimengerti. Hal yang perlu di perhatikan dalam menggunakan metode ini adalah
usaha untuk tidak memutuskan pembicaraan ketika klien menyampaikan masalah yang
penting.
h.
Menyatakan hasil observasi
Perawat harus memberikan
umpan balik kepada klien dengan menanyakan hasil pengamatannya sehingga klien
dapat mengetahui apakah pesannya diterima dengan benar atau tidak.
i.
Menawarkan informasi
Memberikan tambahan
informasi merupakan tindakan penyuluhan kesehatan untuk klien. Perawat tidak
dibenarkan memberikan nasehat kepada klien ketika memberikan informasi, karena
tujuan dari tindakan ini adalah memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan.
Penahanan informasi yang dilakukan saat klien membutuhkan akan mengakibatkan
klien menjadi tidak percaya..
j.
Diam (memelihara ketenangan)
Diam akan memberikan
kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir pikirannya. Penggunaan
metode ini memerlukan keterampilan dan ketepatan waktu, jika tidak akan
menimbulkan perasaan tidak enak.
k.
Meringkas
Meringkas adalah pengulangan
ide utama yang telah di komunkasikan secara singkat. Metode ini bermanfaat
untuk membantu mengingat topik yang telah dibahas sebelum meneruskan
pembicaraan berikutnya.
l.
Memberikan penghargaan.
Penghargaan jangan sampai
jadi beban bagi klien. Dalam arti jangan sampai klien berusaha keras dan
melakukan segalanya demi untuk mendapatkan pujian atau persetujuan atas
perbuatannya. (Mukhripah Damaiyanti, S.Kep., Ns. 2008)
6. Keberhasilan Komunikasi
Komunikasi yang dapat mempengaruhi
keberhasilan suatu peristiwa komunikasi tersebut yaitu komunikator, pesan dan
komunikan. Untuk mencapai komunikasi terapeutik dalam hubungan perawat dan
klien, kredibilitas perawat sebagai komunikator akan menentukan
keberhasilan hubungan yang terapeutik. Karakteristik keberhasilan komunikasi
yaitu :
a. Memiliki
kesadaran yang tinggi
b. Mampu
melaksanakan klarifikasi nilai
c. Mampu mengeksplorasikan
perasaan
d. Mampu
untuk menjadi model peran
e. Motifasi
altruistic
f. Rasa
tanggung jawab dan etik.
Elemen pesan yang dapat menentukan keberhasilan
komunikasi, juga harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Pesan
yang harus direncanakan
b. Pesan
menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh kedua pihak
c. Pesan
harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima
d. Pesan
harus berisi hal-hal yang dapat dipahami
e. Pesan
yang disampaikan tidak samar-samar
7. Faktor yang
Menghambat dalam Proses Terapeutik
a. Kemampuan
pemahaman yang berbeda
b. Pengamatan
atau penafsiran yang berbeda karena pengalaman masa lalu
c. Komunikasi
satu arah
d. Kepentingan
yang berbeda
e. Memberikan
jaminan yang tidak mungkin
f. Memberi
tahu apa yang harus dilakukan kepada penderita
g. Membicarakan
hal-hal yang bersifat pribadi
h. Menurut
bukti, tantangan serta penjelasan dari pasien mengenai tindakan
i.
Menghentikan atau mengalihkan pembicaraan
j.
Memberikan kritik mengenai perasaan penderita
k. Terlalu
banyak bicara
l.
Memperlihatkan sifat jemu, bosan, dan pesimis.
8.
Strategi Pelaksanaan
Komunikasi
1)
Pra interaksi
Pra interaksi merupakan masa
persiapan sebelum berhubungan dan berkomunikasi dengan klien. Anda perlu
mengevaluasi diri tentang kemampuan yang anda miliki. Jika telah siap, maka
anda perlu membuat rencana interaksi dengan klien.
Ø Evaluasi diri
Adakah pengalaman interaksi
dengan klien yang negatif/buruk/tidak menyenangkan? Jika ada lakukan dengan
koreksi dengan cara membaca cara-cara berhubungan dengan klien. Konsultasi
dengan pembimbing klinik, diskusi dengan teman sekelompok.
Bagaimana tingkat kecemasan
saya? Jika cemas ringan, lakukan interaksi. Jika cemas sedang, usahakan sampai
anda dapat mengatasi kecemasan.
Ø Interaksi
Mengkaji/observasi/pemantauan/tindakan
keperawatan.
2)
Fase perkenalan atau
Orientasi
Ø Fase perkenalan
Perkenalan merupakan kegiatan
yang pertama kita lakukan pertama kali bertemu dengan klien. Hal yang perlu
dilakukan adalah :
§ Memberi salam
§ Memperkenalkan diri perawat
§ Mengenalkan nama klien
§ Menyepakati Pertemuan
§ Menghadapi kontrak
§ Memulai percakapan awal
§ Menyepakati Masalah klien
3)
Fase Kerja
Fase kerja merupakan inti
hubungan keperawatan klien yang terkait erat dengan pelaksaan rencana tindakan
perwatan yang akan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.
Tujuan tindakan keperawatan
yaitu :
ü Meningkatkan pengertian dan pengenalan klien akan dirinya,
prilaku,prasaan, dan pikirannya,
ü Mengembangkan,mempertahankan dan meningkatkan kemampuan klien secara
mandiri menyelesaikan masalah yang dihadapi. Tujuan ini sering disebut juga
tujuan afektif dan psikomotor.
ü Melaksanakan pendidikan kesehatan
ü Melaksanakan kolaborasi
ü Melaksanakan observasi dan monitoring
4)
Fase terminasi
Yaitu merupakan akhir dari
setiap pertemuan perawat dan klien. Terminasi terbagi menjadi dua, yaitu :
Ø Terminasi sementara
§ Evaluasi hasil
§ Tindak Lanjut
§ Kontrak yang akan datang
§ Terminasi akhir
Ø Terminasi akhir terjadi jika klien akan pulang dari rumah sakit atau
saudara selesai praktek dirumah sakit.
§ Evaluasi hasil
§ Tindak lanjut
§ Kontrak yang akan datang
9.
Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik
a.
Hubungan perawat dengan klien adalah hubungan
terapeutik yang saling menguntungkan
b.
Prinsip yang sama dengan komunikasi interpersonal
devito yaitu keterbukaan, empati, sifat mendukung, sikap positif dan
kesetaraan.
c.
Kualitas hubungan perawat dan klien ditentukan oleh
bagaimana perawat mendefinisikan dirinya sebagai manusia
d.
Perawat menggunakan dirinya dengan teknik pendekatan
yang khusus untuk memberi pengertian dan merubah prilaku klien.
e.
Perawat harus menghargai keunikan klien.
f.
Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri
B.
KOMUNIKASI PADA KLIEN DEWASA
1.
Komunikasi pada masa dewasa
awal.
Komunikasi terapeutik pada
dewasa awal tidak khusus seperti komunikasi pada masa di bawahnya seperti pada
masa bayi, toddler, pra sekolah, sekolah dan remaja, jadi pada masa dewasa awal
ini komunikasi terapeutiknya secara umum.
Komunikasi pada dewasa awal
mengalami puncaknya pada kematangan fisik, mental dan kemampuan social mencapai
optimal. Peran dan tanggung jawab serta tuntutan social telah membentuk orang
dewasa melakukan komunikasi dengan orang lain, baik pada setting professional
ketika mereka bekerja atau pada saat mereka berada di lingkungan keluarga dan
masyarakat umum.
Teknik komunikasi yang
dikembangkan pada masa dewasa telah mencapai tahap optimal, baik dalam bentuk
verbal maupun nonverbal. Kemampuan untuk mengembangkan komunikasi (sebagai
media transfer informasi). Dalam menguasai pesan yang diterima, individu dewasa
tidak hanya melihat isi pesan, tetapi juga mempersiapkan pesan tersebut dengan
lebih baik serta menciptakan hubungan antar pesan yang di terima dengan konteks
atau situasi pesan tersebut disampaikan. Pesan yang diterima individu dewasa
kadang kala di persepsikan bukan hanya dari konteks isi pesan, tetapi lebih
kompleks lagi disesuaikan dengan situasi dan keadaan yang menyertai. Kemampuan
untuk menilai respon verbal dan nonverbal yang disampaikan lingkungan memberi
keuntungan karena pesan yang kompleks dapat disampaikan secara sederhana
2.
Suasana Komunikasi
Agar komunikasi dengan klien
dewasa efektif perlu memperhatikan terciptanya suasana komunikasi yang
mendukung tercapainya tujuan komunikasi seperti saling menghormati, percaya dan
terbuka.
1)
Suasana saling menghormati.
Untuk dapat berkomunikasi
secara efektif dengan klien dewasa, lawan komunikasi (perawat/tenaga kesehatan)
harus dapat menghormati pendapat pribadinya. Klien dewasa akan merasa lebih
senang apabila ia diperbolehkan untuk menyampaikan pemikiran atau pendapat,
ide, dan sistem nilai yang dianutnya. Apabila hal-hal tersebut diabaikan akan menjadi
kendala bagi keberlangsungan komunikasi.
2)
Suasana saling percaya.
Komunikasi dengan klien
dewasa perlu memperhatikan rasa saling percaya akan kebenaran informasi yang
dikomunikasikan. Apabila hal ini dapat diwujudkan maka tujuan komunikasi akan
lebih mudah tercapai.
3)
Suasana saling terbuka.
Keterbukaan untuk menerima
hasil komunikasi dua arah, antara perawat atau tenaga kesehatan dan klien
dewasa akan memudahkan tercapainya tujuan komunikasi.
Klien dewasa yang menjalani
perawatan di rumah sakit dapat merasa tidak berdaya, dan tidak aman ketika
berada di hadapan pribadi-pribadi yang mengatur sikap dan perilakunya. Status
kemandirian mereka berubah menjadi bergantung pada aturan dan ketetapan pihak
lain. Hal ini dapat menjadi suasana yang dirasanya sebagai ancaman. Akumulasi
perasaan ini dapat terungkap dalam bentuk sikap emosional dan agresif. (Mahmud
mahfudz, peran komunikasi terapeutik,edisi pertama2009)
3. Model
Komunikasi dan Implementasinya pada Klien Dewasa
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan
klien dewasa dapat diterapkan beberapa model konsep komunikasi sebagai berikut:
a. Model
Shanon & Weaver
Model Shanon & Weaver memperhatikan
problem pada penyampaian pesan informasi berdasarkan tingkat
kecermatan. Model ini mengilustrasikan sumber dalam bentuk sandi.
Diasumsikan bahwa sumber informasi menyampaikan sinyal yang sesuai dengan
saluran informasi yang digunakan. Gangguan yang timbul dapat mengganggu
kecermatan pesan yang disampaikan. Model ini dapat diterapkan pada konsep
komunikasi antarpribadi. Faktor yang menguntungkan dari implementasi model ini
ialah pesan yang disampaikan dapat diterima langsung oleh pihak penerima.
Meskipun demikian, pada model ini pun terdapat kelemahan yang berupa hubungan
antara sumber dan penerima pesan tidak kasat mata. Karena itu klien dewasa
lebih memilih komunikasi secara langsung karena penerapan komunikasi melalui
perantara dapat mengurangi kejelasan pesan yang dikomunikasikan.
b. Model
Komunikasi Leary
Model komunikasi Leary menekankan pengaruh
hubungan interaksi di antara dua pihak yang berkomunikasi. Model ini mengamati
perilaku klien yang dipengaruhi oleh lingkungan di sekitarnya.Model komunikasi
Leary diterapkan dalam bidang kesehatan berdasarkan keseimbangan informasi yang
terjadi dalam komunikasi antara profesional dan klien. Dalam pesan
komunikasi pada model ini ada dua dimensi yang perlu diperhatikan dalam
penerapannya, yakni dimensi: penentu vs ditentukan, dan suka vs tidak suka.
Dalam jangka waktu tertentu pasien diposisikan sebagai penerima pesan yang
ditentukan dan harus dipatuhi di bawah dominasi profesional kesehatan.
Dalam komunikasi seharusnya terdapat keseimbangan kepercayaan di antara
pengirim dan penerima pesan. Apabila model komunikasi ini diterapkan pada
klien dewasa hanya dapat dilakukan pada kondisi darurat untuk menyelamatkan
hidup klien karena dalam kondisi darurat klien harus mentaati pesan yang
disampaikan oleh perawat/profesional kesehatan. Tetapi pada klien/pasien dalam
kondisi kronik model komunikasi ini tidak tepat untuk diterapkan karena klien
dewasa mempunyai komitmen berdasarkan sikap dan pengetahuannya yang tidak mudah
dipengaruhi oleh perawat. Pada kasus ini lebih tepat apabila diterapkan dimensi
suka (hue) dalam kadar tertentu, sebatas untuk sarana penyampaian pesan
profesional. Model ini ditekankan pada pentingnya hubungan dalam membantu klien
pada pelayanan kesehatan secara langsung.
c. Model
Interaksi King
Model interaksi King menekankan arti
proses komunikasi antara perawat dan klien dengan mengutamakan penerapan system
perspektif untuk mengilustrasikan profesionalisme perawat dalam memberikan
bantuan kepada klien. Model ini menekankan arti penting interaksi
berkesinambungan di antara perawat dan klien dalam pengambilan keputusan
mengenai kondisi klien berdasarkan persepsi mereka terhadap situasi. Interaksi
merupakan proses dinamis yang melibatkan hubungan timbal balik antara persepsi,
keputusan, dan tindakan perawat-klien. Umpan balik pada model
ini menunjuknya arti penting hubungan antara perawat dan klien. Komunikasi
berdasarkan model interaksi King lebih sesuai diterapkan pada klien dewasa
karena model ini mempertimbangkan faktor intrinsik-ekstrinsik klien dewasa yang
bertujuan untuk menjalin transaksi. Umpan balik yang terjadi bermanfaat untuk
mengetahui hasil informasi yang disampaikan diterima dengan baik oleh klien.
d. Model
Komunikasi Kesehatan
Komunikasi ini difokuskan pada transaksi
antara professional kesehatan-klien. 3 faktor utama dalam proses komunikasi
kesehatan yaitu : 1) Relationship, 2) Transaksi, dan 3) Konteks.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Jadi Konsep komunikasi
terapeutik sangat perlu dilakukan karena sangat membantu sekali dalam
penyembuhan pasien, terutama pada dewasa awal yang sering mengalami berbagai
masalah dalam kehidupannya,
Agar seseorang berguna dalam
kehidupannya, maka dari itu merawat diri sendiri lebih baik dibandingkan
menyusahkan orang lain.
Peran perawat juga sangat
penting dalam komunikasi karena perawat sebagai pemberi asuhan jadi yang banyak
berperan dalam komunikasi terapeutik terdapat pada bagian perawat juga.
DAFTAR PUSTAKA
Damalyanti, S.kep, Ns.,
Mukhrifah.2008. Komunikasi Terapeutik dalam Keperawatan. PT Reflika Aditama :
Bandung
Mahmud mahfudz, peran
komunikasi terapeutik,edisi pertama2009, Ganbika, Yogyakarta
Poatricia A. Poter, anne G.
Perry, fundamental keperawatan, edisi 4, 2005, EGC, Jakarta
http://hayatiumar.blogspot.com/2013/09/makalah-komunikasi-teraeiutik-pada.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar